Selasa, 12 Juli 2016



Mereka tertawa, tapi saya tidak tau cerita lucu apa yang membuat mereka tertawa?
Mereka memutar musik, tapi saya penasaran seperti apa musik itu?
Ada apa ketika mereka melihatku, ada banyak ekspresi tergambar di wajah mereka, tapi saya tidak mengerti kata-kata apa yang mereka ucapkan?
Benarkah yang mereka ucapkan sesuai dengan yang saya pikirkan?
Benarkah kalimat yang saya ucapkan ini?
Selamat pagi. siang, sore dan malam pembaca, khususnya pembaca yang sangat menyukai dan bergelut dengan dunia kedisabilitasan, saya akan membagikan cerita saya selama setahun telah  bekerja di Panti Sosial Bina Rungu Wicara (PSBRW)“Meohai” Kendari. Perkenalkan nama saya Noni, saya ditempatkan untuk bekerja sebagai PNS Kementerian Sosial dengan jabatan Penyuluh Sosial di PSBRW Meohai Kendari yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Hari pertama bekerja, saya bertemu dengan salah seorang anak penyandang disabilitas Rungu Wicara, saya hanya mengerti huruf SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan kebetulan PSBRW menggunakan isyarat dengan aturan SIBI, saya menggunakan isyarat bahasa seputar nama saya dan menanyakan nama dia siapa, sebagai awal perkenalan. Selebihnya saya belajar dari mereka dengan menggunakan  secarik kertas, saya menuliskan kata yang saya maksud, dan mereka mengajarkan saya isyaratnya bagaimana.. begitulah hari-hari saya selama minggu-minggu pertama saya bekerja, bukan hal yang mudah belajar dengan mereka, karena terkadang mereka tidak mengerti dengan apa yang saya maksud dan begitu juga sebaliknya dengan saya yang terkadang kurang paham dengan apa yang mereka ucapkan, namun Puji Tuhan, Saya terbantu dengan adanya kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia di perpustakaan Panti yang lumayan berat bila ditenteng.
Anak rungu wicara adalah anak-anak yang pintar dan unik, mereka mengerti bahasa kita melalui ekspresi kita, mereka lucu, sangat mengerti perasaan lawan bicaranya. Dari Prolog di bagian awal tulisan saya ini, itulah beberapa kalimat yang muncul di benak Penyandang Disabilitas Rungu Wicara. Kejadian lucu pernah saya alami beberapa kali dengan mereka. Suatu hari mereka tiba-tiba datang ke kost saya, mereka tiba-tiba menunjukkan kertas bertuliskan “Bensin 20 ribu” lalu mereka memberikannya dengan ekspresi bingung sambil menunjuk-nunjuk kertas, saya berpikir mungkin mereka meminta uang untuk membeli bensin seharga 20 ribu, dan saya berpikir mungkin mereka disuruh oleh salah seorang pengasuh mereka di Cottage masing-masing, saya mencoba SMS pengasuhnya dan menanyakan hal tersebut, dan pengasuh mengatakan bahwa dia menyuruh mereka untuk membeli bensin dan uangnya sudah diberikan kepada mereka. Saya kembali menanyakan hal tersebut kepada mereka dan mereka menjawab sambil menunjuk kata “Bensin”. Saya baru mengerti, ternyata mereka menanyakan apa artinya itu kata bensin.. saya langsung tertawa melihat kelucuanku, ternyata mereka ke kost ku hanya untuk menayakan arti dari kata bensin. Dari hal tersebut saya belajar bahwa anak-anak dengan disabilitas rungu wicara memiliki kosakata yang sangat sedikit.
Kejadian lain yang saya alami yaitu pada saat saya sedang makan siang, tiba-tiba anak disabilitas rungu wicara memberikan HP nya kepada saya yang berisi SMS dari temannya, SMS nya berisikan “kamu benci sama aku?” dia  menanyakan apa artinya benci? Saya langsung menjelaskan benci itu apa, untuk isyaratnya memang ada isyaratnya untuk kata benci, akan tetapi arti dari benci itu yang mereka butuhkan, saya menjelaskan dengan cara membuang muka ketika dia melihat saya, apabila kita buang muka atau tidak mau berada di dekat seseorang, maka hal itu bisa dikatakan benci, dia langsung mengangguk pertanda dia mengerti dengan penjelasan saya.
Kata-kata yang saya dengar selama mengikuti proses pengajaran dari salah seorang pekerja sosial di panti ini adalah “Kamu harus bisa berbicara, jangan hanya berisyarat, kalau kamu berisyarat tidak semua orang tau artinya, kalau kamu bisa berbicara orang lain akan mengerti apa yang kamu mau”. Karna itu di PSBRW ada salah satu metode pengajaran yaitu BIWI, Bina Wicara, dalam metode ini, anak2 diajarkan untuk dapat mengucapkan beberapa kata. Cara untuk  mengajar mereka adalah dengan menempelkan tangan mereka di leher, kepala, pipi dan hidung kita, supaya mereka dapat merasakan getaran di wajah kita saat mengucapkan satu huruf. Huruf yang paling susah mereka sebutkan adalah “N” dan “G”. Apabila kita mau mengajarkan mereka huruf “S” maka letakkanlah selembar kertas di depan bibir kita.
Saya share itu dulu ya saat ini, dan silahkan tunggu tulisan saya selanjutnya, jangan lupa like dan comentnya di postingan saya Thanks.